CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MOLEK PART2

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MOLEK PART2

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MOLEK PART2, Hasrat-Bispak35 Kami balik arah, dan mereka berdua temaniku balik ke kelas. Serta ke-2  doiku ini gak jemu suntuknya menarik dan mengejekku perihal Andy. Saya kembali lagi tidak dapat membalasnya, cuman tersenyum malu serta pasrah terima seluruhnya. Saya cuman dapat mengharap kami selekasnya sampai ke kelasku. Tetapi waktu kami hingga di muka pintu kelas, tiba-tiba saya berasa mau buang air kecil.

"Sher… kamu kembali ke kelas saja dahulu. Jen, saya pengen ke toilet, kelak kalaupun ditanyakann pak Totok tolong bilangin saya masih ke toilet dahulu ya", saya menitip pesan pada Jenny.

"Eliza… saya temanin kamu ya…", Jenny merengek-rengek.

"Eh… gak mesti ah… tidak lama saja kok", kataku sekalian ketawa geli.

"Ya sudah dech, tak boleh lambat-laun ya sayang… Sher, saya masuk dahulu, bye bye…", kata Jenny lalu sama-sama mengangkat tangan dengan Sherly, lalu masuk ke kelas.

Sherly sendiri selalu merengkuh tanganku. Sesungguhnya saya sedikit geli digandeng oleh Sherly dengan mesra semacam ini, namun saya menurut saja sembari mengharap dalam hati mudah-mudahan tidak ada yang berprasangka buruk memandang kemesraan Sherly padaku yang sedikit di luar batasan ini.

Pada akhirnya kami sampai di muka pintu kelasnya Sherly, dan saya menanti Sherly melepas gandengan pada tanganku.

"Sudah dahulu ya Sher, saya ke toilet dahulu", kataku sembari tersenyum pada Sherly.

"Eliza… saya temani kamu ya…", bisik Sherly di telingaku.

"Ih kamu kok jadi seperti Jenny sich?… Gak mesti dech, saya kan hanya sekejap", jawabku dengan berbisik juga, dan kembali lagi saya ketawa geli.

"Iya dech, hingga sampai kelak ya Eliza", kata Sherly dengan type sedih, tetapi dia angkat tangannya.

"Iya, hingga kelak", saya menjawab sembari angkat tanganku pun, lalu saya lekas ketujuan toilet.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MOLEK PART2

Saat saya dapat masuk, saya berpapasan dengan Vera yang anyar keluar toilet. Kami sempat sama-sama sapa, serta diam diam saya terasa bertanya-tanya, kenapa barusan Vera tersenyum aneh semacam itu di saat dia melihatku.

Entahlah, lalu saya lagi masuk ke toilet wanita ini, serta dengan asal-asalan saya pilih salah satunya dari 6 kamar kecil yang ada pada dalam sini. Seusai saya usai buang air kecil serta mengatur busana dan rok seragamku, saya selekasnya keluar untuk kembali lagi ke kelasku.

"Emmphh…", saya menjerit terhenti di saat tau-tau ada sebuah tangan yang menahan mulutku.

Belum saya bereaksi, sebuah tangan yang lainnya melingkar di muka dadaku dan menarikku ke belakang, dalam pelukan pemilik ke-2  tangan ini.

Saya meronta dengan hati seram, namun pelukan ini terlampau kuat, sampai tanpa perlawanan yang mempunyai arti, saya udah terbawa masuk ke gudang yang ada pada sisi toilet, tempat di mana Vera entahlah ditiduri atau sedang layani Dedi serta Pandu 2 hari lalu.

Penculikku ini selalu menggeretku ke ujung area ini, sampai kami berada di balik timbunan meja dan bangku tua. Tanpa ada lepaskan bekapan tangannya pada mulutku, dia mendesak bahuku sampai saya berjongkok, dan tidak beberapa lama kemudian penculikku ini duduk dari sisi kananku, lalu dia memangku badanku di atas pahanya.

"Eliza… kamu tidak boleh ribut! Tidak lama lagi ada tontonan yang memikat", bisik penculik ini dalam telinga kiriku.

Nada ini membuatku merinding lantaran saya tahu ini nada Dedi. Saya tercenung sebentar, lalu saya menggangguk lambat. Lebih bagus saya menurutinya, karena kalaupun saya memunculkan kerusuhan, lalu banyak yang ketahui saya dalam gudang ini sedang berduaan dengan Dedi, apa saja faktanya namaku tentu akan remuk.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Bekapan pada mulutku dilepaskan, dan saya diam saja tiada usaha menyaksikan menuju Dedi. Di gudang ini tidak tahu bakal ada tontonan apa, namun sesudah tontonan itu usai, saya khawatir Dedi tidak dapat membiarkanku pergi demikian saja saat sebelum memaksakan saya layani hasrat birahinya dalam gudang ini.

Saya tengah tidak suasana hati buat ngeseks waktu ini. Diam diam saya pikir bagaimana biar ini hari saya tak harus mengikhlaskan lubang vaginaku ditembusi tangkai penis lelaki keji ini. Kemungkinan saya dapat coba tawarkan service oral dengan argumen saya tidak mau tertangkap pihak lain karena saya mengerang, atau saya takut ditanya guru di kelasku karena saya kelamaan ada di dalam toilet.

Dengan demikian mudah-mudahan sang kurang ajar ini terima alasanku serta tidak memaksakanku untuk ngeseks dengannya. Saat lagi saya pikirkan adakah argumen yang lebih baik, tau-tau kurasakan Dedi menggandeng lenganku, serta saya arahkan penglihatan mataku mengarah yang dipilih oleh jemari telunjuk Dedi.

Saya tercenung memandang masuknya seorang cebol langsung kukenali selaku pelayan satu diantara stan di kantin sekolah. Saya tidak tahu nama sang cebol ini, tetapi saya tahu pemilik stan tempat sang cebol ini bekerja yakni Cie Fifi, seseorang wanita yang menurutku wajahnya elok, umurnya sekitaran 29 tahun.

Kehadiran sang cebol ini membuatku sedikit takut. Saya tahu diam diam sang cebol ini senang memandang tajam ke Jenny, Sherly, saya, juga siswi lain yang lagi makan di kantin. Tidak tahu apa yang dibutuhkan Dedi dengan menarikku ke gudang ini saat dia ketahui sang cebol ini bakal masuk ke sini.

Sang cebol duduk dengan sekehendak hati di bangku yang berada di tengah ruang ini. Saya tidak ketahui apa yang lagi dikerjakan, apa tunggu seorang, atau dia memiliki rencana suatu hal yang lainnya.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D


Tau-tau pintu gudang ini terbuka kembali, serta saya terheran menyaksikan kehadiran Cie Fifi yang masuk dengan raut muka dongkol. Namun anehnya Cie Fifi justru hampiri sang cebol yang tersenyum senyuman memuakkan.

"Halo Fifi sayang", sapa sang cebol, sementara Cie Fifi cuma diam gak menjawab.

Tidak beberapa lama kemudian sang cebol berdiri, dan selanjutnya jantungku berdebar-debar cepat menyaksikan suatu panorama erotis yang mengagetkan terhidang di hadapanku.

Sang cebol menyelinap masuk ke rok Cie Fifi yang cuman diam saja. Kepala sang cebol yang sekarang ada pada dalam rok Cie Fifi, benar di muka pangkal paha Cie Fifi membikin sisi depan rok itu menyembul.

"Sshh…", Cie Fifi mendesah sekalian pejamkan mata dan menggigit bibirnya sendiri.

Saya lagi mencermati sisi yang menyembul dari rok Cie Fifi yang pasti ialah kepala sang cebol itu bergerak gerak, membuat hasratku perlahan-lahan bangun, dan saya harus usaha mengendalikan napasku yang mulai mengincar.

"Mengapa elok? Kamu ingin digituin seperti Cik Fifi? Kok kamu ikut juga turut gigit bibir?", tiba-tiba kudengar bisikan Dedi.

Parasku berasa panas, saya baru sadar kalaupun nyatanya saya pula menggigit bibirku sendiri. Saya memandang Dedi dengan kecewa. Namun sudah pasti saya tidak dapat melakukan perbuatan jenis-jenis ketimbang nasibku jadi jadi lebih jelek. Saya tidak tahu apa yang hendak terjadi padaku bila saya membikin kekacauan yang menyebabkan sang cebol ini tahu saya ada pada sini.

Dedi cuman tersenyum senyuman, sama menjijikannya dengan senyum sang cebol barusan. Serta saya tidak dapat banyak berbuat sewaktu Dedi yang memangku badanku ini memegangku dari belakang serta memulai merayuku.

Dengan ke-2  tangannya yang memutari badanku dari belakang ini, Dedi mulai meremasi ke-2  payudaraku, kadangkala halus, terkadang kasar, yang jelas tingkah Dedi ini membuatku was-was dan jantungku berdetak makin cepat.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MOLEK PART2

Saya gak berani menepiskan karena saya takut tepisanku  mengakibatkan nada yang bisa-bisa kedengar oleh sang cebol itu atau Cie Fifi. Saya cuman dapat usaha menggenggam ke-2  pergelangan tangan Dedi yang  lebih besar dari ke-2  pergelangan tanganku ini, dan saya coba tarik tangan Dedi ke bawah untuk bebaskan ke-2  payudaraku dari remasan remasan kurang ajar ini.

Tetapi tangan Dedi terlampau kuat buatku buat kusingkirkan demikian saja. Saya mengulet kurang kuat, fokusku buat memandang bab erotis di hadapanku ini mulai bubar lantaran saya sendiri sudah memulai terangsang karena tingkah Dedi yang tetap meremas ke-2  payudaraku.

"Ded… hentikan…", bisikku dengan ketus.

"Ssst!", Dedi menyuruhku diam, namun kurang ajarnya ke-2  tangan Dedi itu menempel kuat serta selalu meremasi ke-2  payudaraku.

Sadar bakal peluang Cie Fifi dengar suaraku barusan, saya menyaksikan menjurus Cie Fifi. Nyatanya dia tengah pejamkan mata serta mendesah gak karuan sembari memegang sembulan di sisi depan rok yang dikenainya, yang jelas ialah kepala sang cebol.

Kendati jantungku berdegap kuat lihat itu semua, terasa sakit pada ke-2  payudaraku membuatku kembali mengulet, serta saya coba menjauhkan payudaraku dari remasan remasan nakal ini. Namun dimanapun saya bergerak, telapak tangan Dedi selalu menempel kuat dan selalu memberinya remasan pada ke-2  payudaraku.

Pikiranku mulai kacau balau dan napasku mulai berasa sesak. Perlahan-lahan tetapi nyata, saya mulai teraniaya karena rasa panas yang mulai menjalari badanku ini.

Selanjutnya saya memutuskan stop menggerak-gerakkan badanku, tetapi saya coba menggenggam serta menarik ke-2  telapak tangan Dedi yang repot mainkan ke-2  payudaraku ini. Saya sadar tenagaku tidak bakal ada maknanya buat Dedi, namun saya tidak pengin berserah demikian saja.

"Mhhh…", saya dengar rintihan Cie Fifi.

Perhatianku kembali tertuju di bab erotis di depanku. Entahlah semenjak kapan, saya lihat satu helai celana dalam yang terkapar di dekat kaki Cie Fifi.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Itu nyata celana dalam Cie Fifi yang diambil terlepas oleh sang cebol. Dan Cie Fifi yang saat ini sedikit membungkuk, mendesah dan mendesah dengan muka seperti menghentikan sakit saat lagi sang cebol repot dalam rok Cie Fifi.

Saya pejamkan mataku, mengayalkan dalam rok Cie Fifi itu tidak ada lembar celana dalam yang buat perlindungan vagina Cie Fifi. Dan saat ini sang cebol itu entahlah lagi menjilat-jilati bibir vagina Cie Fifi, menyesap dan memagut bibir vagina Cie Fifi, atau sedang memikat dan mengeduk lubang vagina Cie Fifi dengan lidahnya, atau bisa saja dengan jarinya.

Rasa panas yang menjalari badanku ini makin jadi beres.  Saya sudah terangsang, tidak tahu karena remasan nakal yang sedang dilakukan Dedi pada ke-2  payudaraku, atau lantaran pikiranku yang melayang-layang mengandaikan apa yang berlangsung di rok Cie Fifi itu.

Serta badanku menggigil waktu saya hampir tidak dapat mencegah diriku buat mengerang lantaran Dedi mencium tengkuk leherku, serta kondisi jadi makin susah buatku sewaktu saya merasai jilatan Dedi di tengkuk leherku ini.

IV. Akhir Penderitaan Cie Fifi, Awal mula Deritaku

"Saya  baru ketahui lebih kurang dua minggu sebelumnya, bila bu Fifi itu bisa pula digunakan seperti kamu", bisik Dedi di telingaku.

Pengin rasanya saya menampar Dedi sebab ucapannya yang benar-benar kurang ajar itu. Namun saya tidak berani mengerjakannya, selain saya takut kehadiranku di sini diketahui oleh Cie Fifi serta terpenting sang cebol, saya tidak pengin terima balasan yang aneh aneh dari Dedi dan bikin nasibku makin jelek.

Karenanya saya cuma dapat memandang Dedi dengan geram, namun bibirku justru dipagut oleh Dedi. Saya pejamkan mataku dan mengendalikan rintihanku. Saya cuman dapat pasrah membebaskan Dedi melumat bibirku hingga ia suka.

Namun saat napasku nyaris habis, saya meronta sampai bibirku lepas dari pagutan Dedi, serta saya cepat usaha atur napasku sepelan barangkali supaya dengusan napasku ini gak hingga kedengar Cie Fifi atau sang cebol.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MOLEK PART2

"Nungging di sono, Fifi", tau-tau kudengar suara sang cebol, yang tiada malu memerintah Cie Fifi langsung menyebutkan nama Cie Fifi demikian saja.

Saya kembali perhatikan mereka. Telunjuk sang cebol menuju ke selembar kardus kusam dari sisi bangku tempat di mana dia menanti Cie Fifi barusan.

"Dasar kurang ajar. Kamu ingat ya! Ini hari telah ke sembilan!", kata Cie Fifi dengan 1/2 mendamprat di sang cebol.

"Iya iya… tinggal 1x kembali. Udah cepat nungging", sang cebol menyepakati.

Kendati pun raut paras Cie Fifi tampak geram, Cie Fifi mengikuti perintah sang cebol. Cie Fifi berlutut, lalu menyanggakan ke-2  tangannya di lantai. Lalu Cie Fifi merendahkan badannya dan menyandar kepalanya pada ke-2  tangannya yang sekarang terlipat tetapi masih menyangga di lantai.

Tiada berbicara apa apalagi, sang cebol menanggalkan celana panjang dan celana dalamnya yang lumayan kusam. Lantas dia dekati Cie Fifi yang telah menungging itu dan membuka rok Cie Fifi ke atas. Tidak ada perlawanan benar-benar dari Cie Fifi saat celana dalamnya dilorotkan sang cebol sampai ke lutut.

Sang cebol telah siap-siap untuk nikmati badan Cie Fifi. Dia berdiri ada di belakang bokong Cie Fifi, ke-2  kakinya cukup direntangkan sedikit, serta sekejap kemudian…

"Engghh…", Cie Fifi melenguh.

Kusaksikan badan sang cebol telah memulai bergerak mundur-maju disertai desahan dan rintihan Cie Fifi. Entahlah mulai sejak kapan Cie Fifi jadi budak sex sang cebol ini, namun apabila sudah kali ke sembilan seperti kata Cie Fifi barusan, saya tidaklah terlalu terheran-heran memandang sikap sang cebol yang berani dan semaunya seperti barusan.

Saya tidak mengira Cie Fifi yang tiap hari tampak demikian ramah serta enerjik, rupanya merendam kasus yang tidak berbeda jauh denganku. Saya berasa belas kasih pada Cie Fifi meskipun dari perbincangan mereka barusan, barangkali Cie Fifi tinggal 1x kembali mengikhlaskan badannya dijarah oleh sang cebol itu.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Tapi sebuah remasan kurang ajar di ke-2  payudaraku ini menyadarkanku bila waktu ini nasibku tidak lebih bagus dari Cie Fifi.

"Elok, saya horny nih… Habis mereka usai kelak, saya pula pengin sama kamu sayang…", bisik Dedi di telingaku, dan dia terus meremas remas ke-2  payudaraku denzgan keras.

Saya mengulet kesakitan. Dan ujaran Dedi barusan membuatku tegang. Kelak Dedi bakal memaksakanku ngeseks dengannya. Saya terkenang teror Dedi dalam tempat tambal ban itu, serta hal tersebut membuatku khawatir karena sesaat lagi saya akan memperoleh persoalan jika Dedi mengerti saya menggunakan celana dalam.

‘Duh… bagaimana ini? Cepat Eliza… berpikiir…', saya berteriak dalam hati.

Saya terlintas mengenai beberapa argumen yang kupikirkan barusan. Sekarang tinggal bagaimana langkahnya saya meminta agar Dedi pengen dengar alasanku serta tidak memaksakanku buat ngeseks dengannya.

"Oooh…", kudengar Cie Fifi mendesah sampai saya kembali perhatikan Cie Fifi.

Nyatanya sang cebol tengah semangat memaju mundurkan badannya ke selangkangan Cie Fifi. Badan Cie Fifi terbuncang guncang, membuatku sedikit ingin tahu apa penis sang cebol itu lumayan besar. Tetapi saya kembali menggeliang kesakitan waktu Dedi meremas ke-2  payudaraku dengan gaungs.

"Ded, udah… sakit… turunin saya donk", saya berbisik dengan jengkel pada Dedi.

"Habis empuk sich", jawab Dedi kurang ajar sembari meremas bongkahan payudaraku 1x kembali, lalu dia menurunkanku dari pangkuannya.

Saya memandang Dedi kecewa, serta dia cuman tersenyum senyuman, kayaknya dia puas selesai jadikan ke-2  payudaraku ini mainannya mulai sejak barusan.

Suara rintihan Cie Fifi ditambahkan dengusan sang cebol, membikin kondisi di gudang ini jadi sedikit ribut, karenanya saya berpikiran ini saat yang pas untuk mengemukakan niat serta alasanku pada Dedi tanpa takut kedengar oleh Cie Fifi maupun sang cebol.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA MOLEK PART2

"Ded, saya barusan itu sekedar pamit ke WC. Saya oralin kamu saat ini saja ya, seramnya kelak saya dimarahin sama guru kalaupun saya kelamaan di sini.", saya berbisik perlahan sekalian memandang Dedi dan melepaskan celana panjangnya seperlunya.

Dedi diam, kelihatannya dia tengah pikir.

"Ya telah, saat ini saja", jawab Dedi yang dengan berbisik.

Saya lega dengar jawaban Dedi, dan saya lekas turunkan celana dalam Dedi buat cari penisnya. Saya tercenung sementara memandang penis itu telah ereksi, dan saat saya memegang tangkai penis itu, berasa demikian keras.

"Udah berdiri Cantik… karena kamu", bisik Dedi dengan berlagak mesra.

Saya sedikit risi pula dengar rayuan cabul Dedi. Tetapi saya tidak pengin buang waktu, saya selekasnya mulai memikat penis Dedi, mengocak tangkai penis itu secara lembut.

"Oooh… nikmatnya memekmu Fiii", saya dengar sang cebol merintih, serta di saat saya melirik ke mereka, saya memandang sang cebol sedang menarik penisnya.

Rupanya sang cebol cepat juga keluar. Bagaimana dengan panjang penisnya? Apa lebih pendek dari rata-rata punya banyak pejantan yang pernah memerkosaku?

Saat ini Cie Fifi terbujur rebah di atas kardus itu. Seingatku, semenjak barusan Cie Fifi cuman mendesah atau mendesah saja, tetapi gak hingga melenguh seperti misalnya wanita yang tengah dirundung orgasme. Apa karena penis sang cebol itu sangat pendek? Atau mungkinkah penis sang cebol itu pun seperti penis punya wali kelasku, yang benyek dan cepat keluar itu?

BERSAMBUNG...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama